Sebagian dari perjuangan Bung Hatta
-fakta tokoh-
Faktatokoh.com-Kegiatan Bung Hatta untuk mendapatkan dukugan negara-negara asing bagi kemerdekaan Indonesia terus berlanjut. Ia menghadiri Kongres Demokrasi Internasional di BIERVILLE, Perancis. Pertemuan ini dihadiri 31 utusan dari berbagai, sebagian besar dari Asia. Di pertemuan ini Bung Hatta hadir sebagai wakil Persatuan Indonesia.
Dari Perancis, Bung Hatta pergi lagi ke Brussel mengikuti kongres Internasional yang berbicara tentang”menentang kolonialisme”. Kehadirannya didampingi teman-temannya antara lain Nazir Pamontjak, Ahmad Subardjo, Gatot Tanumirhadja, dan Abdul Manaf. Mereka tidak hanya mewakili Perhimpunan Indonesian saja, melainkan juga mewakili Konsentrasi Nasional di Indonesia.
Di kongres ini utusan Indonesia mendapatkan pengakuan dari para hadirin, bahwa Indonesia sangatmenderita; bahwa kepentinan rakyat tidak diperhatikan pemerintah bahwa tidak ada kebebasan dalam kedaulatan di Indonesia. Akhirnya kongres itu menyatakan bersimpati atas berbagai kejadian di Tanah Air, dan menuntut pemerintah Belanda untuk memberikan kebebasan terhadap rakyat Indonesia.
Setelah penggeledahan itu pemerintah Belanda menangkap Bung Hatta. Demikian Pula beberapa rekannya, di antranya Ali Sastromiadjojo, Nazir Pamontjak dan Abdulmajid Djojohadiningrat. Mereka dituduh telah menjadi anggota perkumpulan terlarang; terlibat dalam pemberontakan di Indonesia; dan menghasut untuk menentang kerajaan Belanda. Bung Hatta dan ketiga rekannya akhirnya meringkuk dalam tahanan. Setelah lima setengah bulanmereka baru diadili.
Tetapi tuduhan atas mereka dibatasi pada yang ketiga saja, yakni menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda. Masing-masing mereka dituntut tiga tahun penjara bagi Bung Hatta, dan dua tahun bagi Abdulmajid Djojohadiningrat. Di dalam tahanan Bung Hatta tidak berubah sama sekali seperti masih hidup bebeas di luar. Ia menengisi waktunya sebaik mungkin. Ia tetap menulis. Ia mempersiapkan pembelaannya dari dalam tahanan. Kalau soal menggunakan waktu, Bung Hatta dikenal sangat teratur. Sampai-sampai penjaga tahanan kagum melihat keteraturan waktu yang Hatta lakukan. Membacapun tetap dilakukan Hatta. Ia membawa bahan bacaan ke dalam kamar tahanannya. Bahan-bahan bacaan itu di aantaranya majalah Indonesia Merdeka. Bung Hatta menyusun pembelaannya dengan judul Indonesie Vrij(Indonesia Merdeka).
Sewaktu akan sidang atas permintaan hakim melalui pembela Mr. J. E. Duys, seorang anggota parlemen Belanda, Mr. Mobach, dan Nn. Mr.Weber, Bung Hatta tidak jadi membacakan pembelaannya di depan hakim. Duys yang justrutampil sebagai pembela. Pembelaannya betul-betul berdasarkan keadilan. Oleh karena itu, pengadilan akhirnya membebaskan Bung Hatta dan teman-temannya. Pengadilan sepertinya membenarkan perjuangan mereka, paling tidak sama sekali tidak bertahan.
Bung Hatta menolak anggapan yang mengatakan, bahwa penjajahan Belanda terhadap Indonesia merupakan perkembangan menurut kehendak Tuhan. Ia menandaskan, bahwa peraturan jajahan saat merugikan rakyat. Dari Belanda Bung Hatta juga menulis sebuah karangan berjudul De Vernietiging der PNI (Penghancuran PNI). Tulisannya ini menggapi tentang hukuman yang dijatuhkanbagi empat pemimpin PNI, yakni Bung Karno, dan tiga temannya.
Bung Hatta dan teman-temannya yang tergolong dalam perhimpunan Indonesia (PI) pun melayangkan surat atas penahanan keempat tokoh PNI tersebut. Bung Hatta menilai, pengadilan terhadap keempat temannya itu hanyalah suatu sandiwara. Para saksi yang hadir sudah diatur untuk memberatkan ke empat temannya itu. Ketika Bung Hatta berada di Belanda, ia pernah mengungkapkan kecintaannya terhadap Tanah Air yang ditinggalkannya. Ia menulis puisi yang menggambar keindahan negeri Indonesia sebagai kekayaan Tuhan. Judul Puisinya Beranta Indera.
Kata Bung Hatta Tanah Air tidak hannya meliputi Sumatera ataupun Jakarta saja. Bung Hatta berkeinginan bangsa Indonesia bisa berkembang dengan baik dan terlepas dari cengkeraman penjajah.
Sedangkan buku-bukunya di tempatkan di rumah pamannya yang punya toko Djohan Djohor di Pasar Senen, Jakarta. Tidak tampak sedikit pun rasa takut pada diri Bung Hatta sekalipun kehadirannya dimata- matai polisi. Di Jakarta ia langsung bergabung dengan kawan-kawannya yang secita-cita di
Pendidikan Nasional Indonesia(selanjutnya disebut PNI-Baru). Semua itu memudahkan baginya dalam menempatkan diri menjadi pemimpin PNI-Baru.
Ia membagi waktunya sebaik mungkin. Empat hari di Jakarta dan tiga hari di Bandung, tempat kedudukan pimpinan pusat PNI-baru. Untuk semakin majunya PNI-Baru, Bung Hatta mendidik para anggotanya sebaik mungkin. Sebelum menjadi anggota mereka harus lulus ujian Organisasi PNI-Baru. Untuk para pengajarnya juga diberi ketentuan, yaitu harus benar-benar memahami isi surat kabar Daulat Ra’jat, termasuk juga tulisan Bung Hatta: Indonesie Vrij(Indonesia Merdeka), tujuan pergerakan Nasional di Indonesia, dan pidato pembelaan sukarno pada pengadilan di Bandung yang berjudul: Indonesia Mengugat.
Menurut Bung Hatta ketentuan seperti itu dibuat agar mereka yang mau menjadi anggota PNI-Baru tidak ikut-ikutan, tapi harus mempunayai semangat juang. Setelah beberapa waktu Bung Hatta berada di Jakarta dan Bandung , ia kembali pulang ke kampungnya untuk mengunjungi keluarganya. Disana ia juga memperkenalkan organisasinya PNI-Baru kepada masyarakat luas selama di Padang Bung Hatta bertemu dengan Taher Marah Sutan. Orang yang banyak berjasa ketika ia masih di MULO Padang.
Taher Marah Sutan juga yang membantunya mencarikan sebagian biaya untuk menuntut
ilmu di Belanda. Selama di Padang Bung Hatta memanfaatkan waktunya untuk berpidato di Islamic
College, suatu sekolah menengah Islam di Padang. Tetapi beberapa waktu kemudian, tanpa sebab yang jelas, Bung Hatta terkena passenstesel, suatu peraturan yang menyebabkan
seseorang tidak dibenarkan tinggal atau mengunjungi daerah tertentu, dalam hal ini daerah Sumatra Barat. Bung Hatta harus angkat kaki dari daerah itu. Ia diantarkan ke kapal KPM(Koninklijke Paketvaar Maatschapij) oleh pejabat-pejabat setempat. Meskipun bagi Bung Hatta keadaan itu membingungkan dan menyedihkan, tapi ia menerimanya dengan lapang dada.
Demikianlah tadi artikel tentang Sebagian dari perjuangan Bung Hatta, semoga dengan adanya artikel ini dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi segenap pembaca. Adapun penulis artikel ini adalah Adam Febrian Haji. Terima kasih.
-FaktaTokoh-
Faktatokoh.com-Kegiatan Bung Hatta untuk mendapatkan dukugan negara-negara asing bagi kemerdekaan Indonesia terus berlanjut. Ia menghadiri Kongres Demokrasi Internasional di BIERVILLE, Perancis. Pertemuan ini dihadiri 31 utusan dari berbagai, sebagian besar dari Asia. Di pertemuan ini Bung Hatta hadir sebagai wakil Persatuan Indonesia.
Ke Berbagai Negara
Di pertemuan ini Bung Hatta berharap mendapatkan pengakuan sidang guna memeakai kata ‘’Indonesia’’, mengganti kata ‘’Hindia Belanda’’, baik dalam pertemuan itu ataupun pembicaraan- pembicaraan tentang kata”Indonesia”.Dari Perancis, Bung Hatta pergi lagi ke Brussel mengikuti kongres Internasional yang berbicara tentang”menentang kolonialisme”. Kehadirannya didampingi teman-temannya antara lain Nazir Pamontjak, Ahmad Subardjo, Gatot Tanumirhadja, dan Abdul Manaf. Mereka tidak hanya mewakili Perhimpunan Indonesian saja, melainkan juga mewakili Konsentrasi Nasional di Indonesia.
Di kongres ini utusan Indonesia mendapatkan pengakuan dari para hadirin, bahwa Indonesia sangatmenderita; bahwa kepentinan rakyat tidak diperhatikan pemerintah bahwa tidak ada kebebasan dalam kedaulatan di Indonesia. Akhirnya kongres itu menyatakan bersimpati atas berbagai kejadian di Tanah Air, dan menuntut pemerintah Belanda untuk memberikan kebebasan terhadap rakyat Indonesia.
Ditahan
Apa yang dilakukan Hatta berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dengan caranya sendiri, ternyata mendapat tantangan berat. Ketieledah Indonesia dan tempat tinggalnya diBelanda telah di geledah polisi. Beberapa surat penting telah disita . sedangkan rumah- rumah teman Bung Hatta juga ikut digeledah, khususnya mereka yang giat di Perhimpunan Indonesia . berita tentatang penggeledahan itu disiarkan lewat surat-surat kabar Belanda secara mencolok. Karena itu berita ini mendapat perhatian besar dari masyarakat Belanda Khususnya. Beberapa surat kabar itu menuduh Bung Hatta melarikan diri, padahal tidak. Kepergian Bung Hatta ke Gland , Swiss,tak lain menghadiri Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kemerdekaan. Di situ Bung Hatta memberikan pidato. Ia mengutarakan harapannya agar terwujud kemerdekaan bagi bangsanya.Setelah penggeledahan itu pemerintah Belanda menangkap Bung Hatta. Demikian Pula beberapa rekannya, di antranya Ali Sastromiadjojo, Nazir Pamontjak dan Abdulmajid Djojohadiningrat. Mereka dituduh telah menjadi anggota perkumpulan terlarang; terlibat dalam pemberontakan di Indonesia; dan menghasut untuk menentang kerajaan Belanda. Bung Hatta dan ketiga rekannya akhirnya meringkuk dalam tahanan. Setelah lima setengah bulanmereka baru diadili.
Tetapi tuduhan atas mereka dibatasi pada yang ketiga saja, yakni menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda. Masing-masing mereka dituntut tiga tahun penjara bagi Bung Hatta, dan dua tahun bagi Abdulmajid Djojohadiningrat. Di dalam tahanan Bung Hatta tidak berubah sama sekali seperti masih hidup bebeas di luar. Ia menengisi waktunya sebaik mungkin. Ia tetap menulis. Ia mempersiapkan pembelaannya dari dalam tahanan. Kalau soal menggunakan waktu, Bung Hatta dikenal sangat teratur. Sampai-sampai penjaga tahanan kagum melihat keteraturan waktu yang Hatta lakukan. Membacapun tetap dilakukan Hatta. Ia membawa bahan bacaan ke dalam kamar tahanannya. Bahan-bahan bacaan itu di aantaranya majalah Indonesia Merdeka. Bung Hatta menyusun pembelaannya dengan judul Indonesie Vrij(Indonesia Merdeka).
Sewaktu akan sidang atas permintaan hakim melalui pembela Mr. J. E. Duys, seorang anggota parlemen Belanda, Mr. Mobach, dan Nn. Mr.Weber, Bung Hatta tidak jadi membacakan pembelaannya di depan hakim. Duys yang justrutampil sebagai pembela. Pembelaannya betul-betul berdasarkan keadilan. Oleh karena itu, pengadilan akhirnya membebaskan Bung Hatta dan teman-temannya. Pengadilan sepertinya membenarkan perjuangan mereka, paling tidak sama sekali tidak bertahan.
Kembali Berjuang
Penahanan terhadap dirinya tidak menyurutkan langkah Bung Hatta untuk berpidato. Pada tahun 1930, kembali Bung Hatta diundang untuk berpidato di depan mahasiswa- mahasiswa Indologi di Utrecht. Bung Hatta menjelaskan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia erat kaitannya dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.Bung Hatta menolak anggapan yang mengatakan, bahwa penjajahan Belanda terhadap Indonesia merupakan perkembangan menurut kehendak Tuhan. Ia menandaskan, bahwa peraturan jajahan saat merugikan rakyat. Dari Belanda Bung Hatta juga menulis sebuah karangan berjudul De Vernietiging der PNI (Penghancuran PNI). Tulisannya ini menggapi tentang hukuman yang dijatuhkanbagi empat pemimpin PNI, yakni Bung Karno, dan tiga temannya.
Bung Hatta dan teman-temannya yang tergolong dalam perhimpunan Indonesia (PI) pun melayangkan surat atas penahanan keempat tokoh PNI tersebut. Bung Hatta menilai, pengadilan terhadap keempat temannya itu hanyalah suatu sandiwara. Para saksi yang hadir sudah diatur untuk memberatkan ke empat temannya itu. Ketika Bung Hatta berada di Belanda, ia pernah mengungkapkan kecintaannya terhadap Tanah Air yang ditinggalkannya. Ia menulis puisi yang menggambar keindahan negeri Indonesia sebagai kekayaan Tuhan. Judul Puisinya Beranta Indera.
Kata Bung Hatta Tanah Air tidak hannya meliputi Sumatera ataupun Jakarta saja. Bung Hatta berkeinginan bangsa Indonesia bisa berkembang dengan baik dan terlepas dari cengkeraman penjajah.
Kembali ke Indonesia
Setelah belajar bertahun-tahun di Belanda dan aktif berjuang bagi bagsanya sampai ke berbagai negara, akhirnya Bung Hatta mampu menyelesaikan ujian Doktoralnya pada anggal, 5 Juli 1932. Ia singgah dulu da Singapura sebelum kembali ke tanah air. Disana ia mengunjungi kenalannya, sekedar bersilaturahmi. Namun polisi rahasi membuntutinya kemana Bung Hatta pergi. Demikian juga sesampainya di Tanjung Periok, inspektur polisi memeriksa barang-barangnya, terutama buku-bukunya. Bung Hatta beruntung mempunyai kerabat dekat yang boleh dibilang cukup berada. Ia tinggal besama Dahlan Sultan Lembaq Tuah, kakak iparnya yang pensiunan pemilik sekolah.Sedangkan buku-bukunya di tempatkan di rumah pamannya yang punya toko Djohan Djohor di Pasar Senen, Jakarta. Tidak tampak sedikit pun rasa takut pada diri Bung Hatta sekalipun kehadirannya dimata- matai polisi. Di Jakarta ia langsung bergabung dengan kawan-kawannya yang secita-cita di
Pendidikan Nasional Indonesia(selanjutnya disebut PNI-Baru). Semua itu memudahkan baginya dalam menempatkan diri menjadi pemimpin PNI-Baru.
Ia membagi waktunya sebaik mungkin. Empat hari di Jakarta dan tiga hari di Bandung, tempat kedudukan pimpinan pusat PNI-baru. Untuk semakin majunya PNI-Baru, Bung Hatta mendidik para anggotanya sebaik mungkin. Sebelum menjadi anggota mereka harus lulus ujian Organisasi PNI-Baru. Untuk para pengajarnya juga diberi ketentuan, yaitu harus benar-benar memahami isi surat kabar Daulat Ra’jat, termasuk juga tulisan Bung Hatta: Indonesie Vrij(Indonesia Merdeka), tujuan pergerakan Nasional di Indonesia, dan pidato pembelaan sukarno pada pengadilan di Bandung yang berjudul: Indonesia Mengugat.
Menurut Bung Hatta ketentuan seperti itu dibuat agar mereka yang mau menjadi anggota PNI-Baru tidak ikut-ikutan, tapi harus mempunayai semangat juang. Setelah beberapa waktu Bung Hatta berada di Jakarta dan Bandung , ia kembali pulang ke kampungnya untuk mengunjungi keluarganya. Disana ia juga memperkenalkan organisasinya PNI-Baru kepada masyarakat luas selama di Padang Bung Hatta bertemu dengan Taher Marah Sutan. Orang yang banyak berjasa ketika ia masih di MULO Padang.
Taher Marah Sutan juga yang membantunya mencarikan sebagian biaya untuk menuntut
ilmu di Belanda. Selama di Padang Bung Hatta memanfaatkan waktunya untuk berpidato di Islamic
College, suatu sekolah menengah Islam di Padang. Tetapi beberapa waktu kemudian, tanpa sebab yang jelas, Bung Hatta terkena passenstesel, suatu peraturan yang menyebabkan
seseorang tidak dibenarkan tinggal atau mengunjungi daerah tertentu, dalam hal ini daerah Sumatra Barat. Bung Hatta harus angkat kaki dari daerah itu. Ia diantarkan ke kapal KPM(Koninklijke Paketvaar Maatschapij) oleh pejabat-pejabat setempat. Meskipun bagi Bung Hatta keadaan itu membingungkan dan menyedihkan, tapi ia menerimanya dengan lapang dada.
Demikianlah tadi artikel tentang Sebagian dari perjuangan Bung Hatta, semoga dengan adanya artikel ini dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi segenap pembaca. Adapun penulis artikel ini adalah Adam Febrian Haji. Terima kasih.
0 Response to "Sebagian dari perjuangan Bung Hatta"
Posting Komentar