Sapardi Djoko Damono dan 3 Hal Yang Patut Diteladani

-fakta tokoh-
FaktaTokoh.ComSapardi Djoko Damono adalah seorang sastrawan yang lahir di Surakarta, Jawa tengah tanggal 20 Maret 1940. Hanya mendengar namanya kita langsung dapat membayangkan sajak-sajak manis atau pun puisi klasik yang pernah beliau ciptakan.

Sapardi Djoko Damono


Biografi singkat mengenai Sapardi adalah anak sulung dari pasangan Sapariah dan Sadyoko. Sapardi bergelut ke dunia sastra mulai tahun 1958 hingga sekarang, dibuktikan dengan sajak dan puisinya yang masih banyak di temukan sebagai bahan ajar di dunia pendidikan.

Di umurnya yang hampir menginjak kepala delapan, ternyata banyak hal-hal kelabu dibalik kesuksesan Sapardi Djoko Damono sekarang yang dapat dikatakan bahagia di masa tua, berikut adalah 3 sikap yang patut diteladani dari kisah hidup beliau.

Berani


Sapardi lahir di tahun 1940 yang artinya Indonesia belum dalam keadaan merdeka. Maka dari itu masa kecil Sapardi jauh dari kata bahagia dan aman. Di usianya yang masih belia Sapardi harus memakan bubur nasi seadanya buatan ibunya 2 kali sehari.

Padahal anak usia 2-3 tahun setidaknya memerlukan kalori sebesar 1000-1400 per harinya. Namun bubur nasi hanya memiliki 72 kalori, artinya Sapardi tidak masuk dalam golongan anak sehat secara medis.

Pada masa itu sang ayah pergi meninggalkan Sapardi dan Sang Ibu keluar kota karena datangnya belanda ke Indonesia yang mengira semua laki-laki dewasa di Indonesia adalah mata-mata dari tentara gerilya.

Setiap malamnya Sapardi mendengar suara baku tembak ataupun melihat api-api yang merkobar di sekelilingnya, bahkan pesawat yang berlalu-lalang menembakkan peluru ke rumah-rumah penduduk. Namun Sapardi tak pernah mengeluh dengan keadaannya, Sapardi kecil tetap berani dan tabah menghadapi semuanya.

Mengembangkan Segala Kelebihan.


Sapardi balita mulai tinggal bersama kakeknya yang merupakan abdi dalem Kraton Kasunan. Kakenya juga pandai membuat dan memainkan wayang kulit. Namun Saat usia Sapardi 3 tahun, ayah dan ibunya menyewa rumah di kampung Dhawung dan mengikut sertakan Sapardi untuk pindah juga. Sapardi menempuh pendidikan awalnya di Sekolah Rakyat Kasatrian yang berisikan anak laki-laki. 

Pendidikan seni yang ia dapat adalah menabuh gamelan dan menari jawa. Bakat seni yang tertanam dari sang kakek mengalir ke raga Sapardi yang gemar dengan seni budaya. Setelah itu Sapardi meneruskan pendidikannya di SMP Negeri 2 Surakarta, di sana mulailah Sapardi menemukan jati dirinya bahwa sastra adalah dunia yang harus diatuju.

Pada masa itu juga, Sapardi mengirimkan ceritanya ke majalah anak berbahasa jawa dan tulisannya ditolak semata-mata karena tulisannya tidak masuk akal, padahal Sapardi saat itu menulis sebuah kisah nonfiksi. Dari situlah sapardi mulai berpikir untuk menulis sesuatu berbau fiksi.

Pada tahun 1955 Sapardi lulus dari bangku SMP dan melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 2 Surakarta, Sapardi aktif menulis puisi saat dia duduk di bangku kelas 2 SMA, dan pusinya dipublikasikan di majalah-majalah budaya sastra.

Sapardi yang sudah tumbuh dewasa memilih meneruskan jenjang pendidikannya ke Universitas Gadjah Mada di Fakultas Sastra dan Kebudayaan. Sapardi menjadi pemuda yang sangat aktif di bidang seni, beliau dapat menari, bermain gitar, bermain drama, dan bertindak sebagai pujangga.

Pria yang kerap di sapa SDD ini tidak hanya menulis puisi, namun dirinya juga aktif menulis cerita pendek, penerjemah novel, kritikus seni, dan menulis esai. Para pengamat seni mengatakan bahwa puisi dan sajak yang diciptakan Sapardi sangat dekat dengan tuhan dan maut. Mulai dari sanalah Sapardi hanya fokus pada satu kelebihannya dan terus memperdalam seni yang ia tekuni.

Berusaha Menjadi yang Terbaik.


Sapardi tidak hanya terkenal di dalam negeri, namanya juga tersohor hingga mancanegara. Sapardi Djoko Damono pernah menjadi dosen di fakultas Ilmu Budaya di Universitas Indonesia. Tidak hanya sampai sana dia pernah menjadi dekan, guru besar, dan redaktur majalah ternama. Sapardi adalah orang yang memprakarsai adanya Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia (Hiski).

Ratusan karya beliau mendapat penghargaan dari dunia. Mulai dari sajak yang berjudul Perahu Kertas yang diberi penghargaan oleh Dewan Kesenian Jakarta, kemudian kumpulan sajak Sihir Hujan yang mendapat penghargaan Anugerah Puisi Poetra Malaysia. Kemudian pada tahun 1986 Sapardi Djoko Damono mendapatkan SEA Write Award, lalu Penghargaan Achmad Bakrie tahun 2003.

Kepopulerennya tak ayal dari dukungan keluarganya, meski Sang Ibu dan Sang Ayah tak berhubungan baik karena adanya pihak ketiga. Tapi Sapardi berhasil menikahi pujaan hatinya yaitu Wardiningsih dan di karuniai 2 orang anak yang bernama Rasti Suryandani dan Rizki Henriko. Dalam melakukan tugasnya, Sapardi selalu bersungguh-sungguh untuk menjadi yang terbaik, usaha yang ia lakukan semuanya terbayar dengan semua penghargaan dunia.

Demikianlah tulisan mengenai 3 Hal Yang Patut Diteladani dari Sosok Tokoh Sapardi Djoko Damono. Semoga dengan adanya tulisan ini bisa memberikan wawasan dan juga pengetahuan bagi segenap pembaca sekalian, adapun penulis dalam artikel ini adalah Dhea Patricia. Trimakasih, 
-FaktaTokoh-

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sapardi Djoko Damono dan 3 Hal Yang Patut Diteladani"

Posting Komentar