Biografi H.O.S Tjokroaminoto

-fakta tokoh-
Faktatokoh.com-Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang dikenal dengan H.O.S Tjokroaminoto merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional yang sangat dikenal di Tanah Air dalam memperjuangkan bangsa dan agama dari penindasan kolonial Belanda. Beliau dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1882 di Desa Bukur, Madiun, Jawa Timur, Indonesia dengan nama Raden Oemar Said. Namun setelah beliau menunaikan ibadah haji pada tahun 1926 beliau meninggalkan gelar keningratannya dan lebih suka mengenalkan dirinya sebagai Haji Oemar Said Tjokroaminoto.

Kepribadian H.O.S Tjokroaminoto

Semasa kanak-kanak, Tjokroaminoto adalah seorang anak yang nakal dan pemberani. Karena kenakalan dan keberaniannya itulah ia dikeluarkan dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain. Tjokroaminoto kecil juga memiliki sikap kritis. Sikap kritis ini ditunjukkan Tjokroaminoto saat duduk di bangku sekolah Belanda, pada zaman kolonial Hindia Belanda. Tjokroaminoto sering dihukum gurunya karena menjahili para siswa Belanda. Karena kecerdasan otaknya, Tjokroaminoto akhirnya dapat masuk ke sekolah OSVIA (Opleidings School Voor Inlandsche Ambtenaren) di Magelang dan pada tahun 1902 ia berhasil menyelesaikan pendidikannya.

Karier Tjokroaminoto

Setelah menyelesaikan pendidikannya di OSVIA Tjokroaminoto bekerja sebagai juru tulis patih di Ngawi selama tiga tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke Semarang dan bekerja sebagai kuli pelabuhan untuk menyambung hidupnya. Karena merasa sulit berkembang di kota Semarang, akhirnya Tjokroaminoto pindah ke Surabaya dan bekerja disana. Disamping beliau bekerja, di waktu luangnya beliau mengikuti pendidikan di sekolah B.A.S (Burgerlikje Avond School) untuk menambah ilmu pengetahuannya selama tiga tahun (pada tahun 1907-1910). Setelah menamatkan sekolahnya di B.A.S, beliau berhenti dari pekerjaannya dan bekerja sebagai leerling machinist selama satu tahun. Kemudian beliau bekerja disebuah pabrik gula. Diantara banyaknya pekerjaan yang dilakoninya, pekerjaan jurnalistik lah yang paling disukainya. Beberapa kali beliau memasukkan tulisan-tulisannya dalam berbagai surat kabar pada masa itu serta menjadi pembantu di sebuah surat kabar di kota Surabaya, yaitu Suara Surabaya.

Saat menjadi redaktur koran Bintang Soerabaya, Tjokroaminato membuat pemerintah
Hindia Belanda ketakutan. Tjokoraminoto mengkritik pemerintahan Hindia Belanda melalui tulisannya di surat kabar Bintang Soerabaya dan lainnya. Karena tulisan-tulisannya tersebut datanglah utusan SDI (Sarikat Dagang Islam). Beliau diminta untuk bergabung. Mula-mula beliau duduk sebagai komisaris, dan diamanahi menyusun anggaran dasarnya. Karena SDI hanya mengurusi perdagangan, dan memiliki keanggotaan yang terbatas pada ruang lingkup pedagang maka SDI tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu SDI dirubah menjadi SI (Sarekat Islam) ditangan H.O.S Tjokroaminoto sehingga para anggotanya pun tidak hanya dari pedagang saja, melainkan dari semua unsur masyarakat.

Pada tanggal 26 Januari 1913 SI mengadakan vergadering (rapat terbuka) di Surabaya. Oleh Tjokroaminoto SI menjadi pergerakan organisasi pertama yang memobilisasi massa yang menyedot atensi masyarakat sebanyak 80.000 orang Selanjutnya pada tanggal 23 Maret 1913 diadakan kongres pertama di Surakarta, dan Tjokroaminoto ditunjuk menjadi wakil ketua SI dan redaktur pelaksana Oetoesan Hindia. Pada kongres kedua yang diadakan di Yogyakarta pada bulan April 1914 Tjokroaminoto diangkat menjadi pemimpin Sarekat Islam tertinggi menggantikan H. Samanhoedi. Dengan kepemimpian yang baik, organisasi itu pun menunjukkan perkembangan yang signifikan. Karena kepiawaiannya sebagai negasioator ulung akhirnya SI berhasil memperoleh status hukum dari pemerintah Hindia Belanda, dan mendapat izin untuk membentuk kepengurusan pusat yang dinamakan CSI (Central Sarekat Islam).

Selama berada di SI, beliau sangat getol memperjuangkan penegakan hak-hak manusia dan kehidupan masyarakat. Bersama Agus Salim dan Abdul Moeis, Tjokroaminoto saling bahu membahu memmbesarkan Sarekat Islam sehingga menjadi sebuah pergerakan nasional yang menarik anggota sebanyak 2,5 juta orang. Pada tahun 1918 Tjokroaminoto bersama Abdul Moeis mewakili SI sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat). Ia pun mengungkapkan beberapa gagasan penting, salah satunya adalah pembentukan pemerintahan sendiri. Puncaknya adalah kemunculan mosi Cokroaminoto pada 25 November 1918, berupa 3 tuntutan. Pertama, hak pilih sepenuhnya harus ada pada rakyat, kedua, badan perwakilan memiliki hak legislatif penuh dan ketiga, parlemen memiliki kekuasaan tertinggi dan pemerintah bertanggungjawab kepadanya. Namun, pemerintah Hindia Belanda tidak menanggapinya karena dianggap tidak masuk akal.

Tjokroaminoto Sebagai Pelopor Pergerakan Nasional

Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, Tjokroaminoto memiliki beberapa murid yang selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Soekarno, Kartosoewiryo dan Muso. Namun ketiga muridnya itu saling berselisih karena memiliki pandangan politik yang berbeda dalam perkembangan pemikiran politik beserta ideologi politik yang dianutnya. Soekarno seorang nasionalisme, Kartosoewiryo seorang yang agamis sedangkan Muso dan Alimin seorang komunis. Pada bulan Agustus 1921 H.S.O Tjokroaminoto sempat ditangkap oleh Belanda karena diduga terlibat dalam kasus SI seksi B yang berusaha mengambil alih pemerintahan. Beliau dianggap memberikan peretujuan secara diam-diam terhadap organisasi tersebut namun tidak secara aktif mendorongnya. Selama sembilan bulan beliau harus tinggal dibalik jeruji besi, kemudian beliau dibebaskan karena tidak ada bukti yang cukup kuat atas keterlibatan beliau dalam kasus tersebut.

Pembebasan Tjokroaminoto

Pasca dibebaskan dari penjara Tjokroaminoto mendapati SI sedang berada di ambang perpecahan. Ini disebabkan karena adanya kubu PKI yang masuk kedalam SI sehingga memunculkan dua faksi, yaitu SI putih yang diwakili oleh Salim dan SI merah yang diwakili oleh Samaoen. Awalnya Tjokroaminoto toleran terhadap PKI, tidak seperti Agus Salim dan Abdul Maoeis yang lebih tegas dalam menghadapi PKI. Namun karena infiltrasi komunis kedalam tubuh SI semakin kuat, akhirnya Tjokroaminoto bersikap tegas hingga mengubah Sarekat Islam menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) untuk mempertahankan kepoloporannya dalam dunia pergerakan. Yang kemudian berlanjut menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

Kepergian Singa Podium(H.O.S Tjokroaminoto)

Lebih dari 22 tahun lamanya di SI/PSII, pada tanggal 17 Desember 1934 diusianya yang ke 52 tahun akhirnya Singa Podium, yaitu H.O.S Tjokroaminoto menghembuskan nafas terakhirnya, dan dimakamkan di Kuntjen, Yogyakarta. Semasa hidupnya beliau sempat dijuluki oleh pemerintah kolonial, yaitu ‘de Ongekroonde van Java’ yang artinya Raja Jawa yang tidak bermahkota atau tidak dinobatkan. Sedangkan masyarakat memberikan julukan kepada Tjokroaminoto “HeruTjokro”, simbol datangnya Ratu Adil dalam keprcayaan Jawa. Julukan tersebut beliau dapatkan karena perannya yang begitu besar dalam memperjuangkan bangsa dan islam di tanah air terhadap penjajahan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda. Untuk menghargai jasa-jasa dan sumbangsih beliau kepada negara baik dalam bentuk pikiran, tenaga, bahkan harta yang tidak dapat dihitung besarnya, beliau diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan S.K Presiden RI No.590/1961.

Kutipan H.O.S Cokroaminoto : " Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator"
"Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat."

Demikianlah tulisan tentang Biografi H.O.S Tjokroaminoto, semoga dapat bermanfaat dan dapat menginspirasi pembaca. jika ada kesalahan kata mohon maaf. Adapun penulis artikel ini adalah Erynna Dewi Hernaw. Terima kasih.
-FaktaTokoh-

Subscribe to receive free email updates:

4 Responses to "Biografi H.O.S Tjokroaminoto"